Between the Lines
Pekerjaan ini saya menuntut lebih dari sekadar mengurus buku. Saya harus tanggap, mengenali setiap judul dan genre dalam koleksi juga harus bisa membaca cepat dan merangkum isi buku. Beruntungnya, beberapa buku dan pengarang tidak terlalu asing karena sudah pernah saya baca.
Pagi ini di tengah kesibukan menata rak, seorang pria datang. Namanya Nick, mantan designer di industri kreatif yang kecintaannya pada buku tak pernah pudar, meski kariernya meredup karena penyakit.
Saya tahu siapa orang ini. Dulu saya pernah dikenalkan oleh asisten supervisor. Waktu itu, dia kelihatan enggan saat disuruh Helen, supervisor kami, untuk mengantar saya bertemu Nick. Ada saja alasannya supaya bukan dia yang mengantar.
Saat menuju tempat Nick, saya tanya kenapa dia terlihat ogah-ogahan. Dia menjawab, "Nanti juga kamu tahu sendiri, orangnya susah diajak ngobrol. Dan sepertinya dia juga tidak suka sama saya."
Saat tiba ditempatnya, orang India itu tidak semangat memencet bel dan memperkenalkan saya. Ketika saya ajak ke perpustakaan, Nick beralasan tukang pijat akan datang. "Itu hanya alasan artinya dia nggak mau" kata asisten supervisor.
'Please help me, I want to read a novel," suara Nick terdengar pelan, nyaris berbisik.
"Okay, do you have any specific novel in mind”
"Travelling adventure, romantic, tanpa kekerasan," jawabnya.
Saya mulai menyusuri rak, mencari novel perjalanan yang ringan namun menarik. Setelah menemukan beberapa buku, saya serahkan buku padanya. Dia membaca sekilas dan memilih satu buku.
"Oh, I think I like it. Thank you Jaclyn," katanya, lalu berlalu.
Namun, tidak lama kemudian, dia kembali dengan wajah sedih.
"No, I don't like this book. Please find one that's right for me," rengek nya seperti anak kecil.
Saya tinggalkan tumpukan buku yang belum tersusun.
Saya dengar dia terus merengek "Oh, why is it so difficult to find a good book for me? I just want to read!"
Sementara itu saya jumpalitan berjuang mencari buku yang cocok. Koleksi fiction dan nonfiction di perpustakaan ini sangat banyak, tapi menemukan buku yang sesuai seleranya sungguh seperti mencari jarum di tumpukan jerami.
Tiba-tiba, matanya tertuju pada buku yang sedang saya pegang.
"What's in your hand?" tanyanya.
"Hmm, kamu pasti tidak suka," jawab saya ragu. "Ini novel tentang pedalaman Australia."
"Nah, I don't like it," katanya.
Tuh kan, dia menyukai cerita yang spesifik penuh petualangan, menyusuri berbagai negara atau kota.
Dengan bantuan bala tentara surga melalui doa, saya kembali mencari.
Saya melihat novel Too Many Men karya Lily Brett tentu saya tidak akan memberikan padanya. Walau bagus untuk saya tapi bahaya untuk dia. Saya selalu menghindar memberi novel yang didalamnya ada hubungan dengan Auschwitz padahal ceritanya bagus banget tentang Ruth yang tinggal di New York. Ia melakukan perjalanan ke Polandia, khususnya ke Warsawa dan Auschwitz, bersama ayahnya yang selamat dari kamp konsentrasi.
Akhirnya, saya menemukan dua buku yang sepertinya pas. Wajahnya langsung berbinar saat menerimanya. Saya memilih buku non-fiksi Shadow of the Silk Road karya Colin Thubron dan novel The Lost Girls.
Nick kesenangan seperti anak kecil yang mendapat permen Loly. Dia tidak langsung pulang tapi mulai mengajak saya mengobrol. Saya duduk di hadapannya dan mendengarkan. Ia bercerita tentang anxiety yang mengganggunya, tentang kariernya dulu, juga tentang orang-orang yang tidak mengerti dia. Di akhir percakapan, dia bertanya, "Besok kamu datang lagi, 'kan? Aku ingin bertemu denganmu lagi. Tidak ada orang yang mengerti buku yang kuinginkan."
Saya tersenyum. "Benarkah?, Kamu mau menemani saya bekerja?"
"Yes,"
Sebelum dia pergi, saya melihat tali sepatunya terlepas. Saya berjongkok dan mengikatnya.
"Thank you, Jaclyn,"
Ada rasa hangat dan bangga yang membuncah. Sebelum pulang, saya mampir ke ruangan supervisor, Helen, dan menceritakan semua yang terjadi. Helen terkejut. "Jaclyn, Nick itu terkenal tidak mau berkomunikasi dengan siapa pun. Kamu orang pertama yang berhasil membuatnya bicara. Saya senang, dia suka sama kamu."
Saya pulang dengan senyum lebar, merasa pekerjaan saya hari itu bukan hanya tentang buku, tetapi juga tentang memahami dan membantu seseorang.
Comments