Ogoh-ogoh dan Nyepi 2018

Seminggu lalu dalam perjalanan balik dari Brisbane saya terjebak di Bali. Rasa sakit yang muncul tiga hari sebelumnya terasa semakin menjadi. Setelah terbang  hampir 7 jam,  saya tidak sanggup lagi meneruskan penerbangan ke Jakarta. Maka begitu keluar dari airport, saya langsung minta dibawa ke rumah sakit terdekat.dan yang paling dekat adalah RS. Siloam.

Silent Day
This is the day where everything in Bali is closed 
restaurants, shops, even the airport. You are not allow to go out on the street 

Ini adalah hari terakhir sebelum Nyepi, dokter kandungan yang saya perlu sudah pulang kampung. Sementara dokter umum yang bertugas di UGD tidak bisa memberi informasi yang tepat mengenai penyakit yang saya derita dan menyuruh saya kembali hari Senin untuk periksa lebih lanjut gggrrrrrr!!! Saya diberi 4 macam obat dan harus membayar 1 juta untuk pengobatan yang menurut saya kurang tepat.


Maka terjebaklah saya di Bali tidak bisa pulang ke Jakarta. Sore nanti sudah ada pawai Ogoh-ogoh dan besok adalah Nyepi. Tidak ada penerbangan! Sepanjang perjalanan menuju Tabanan, jalanan sangat lenggang, banyak toko dan rumah makan yang tutup. Saya yang kelaparan kesulitan menemukan rumah makan atau warung yang buka. Melewati Ogoh-ogoh besar dengan wajah yang seram dipinggir jalan. Orang-orang mulai berkumpul persiapan pawai. 


Terssenyum. tapi percayalah ini saya lagi menahan rasa sakit 

Before silent day, Balinese Hindu people celebrate Ngrupuk Parade also known as the Ogoh-ogoh parade. This is a huge Hindu festivity all over Bali. The locals are roaming through the street, carrying great ogoh-ogoh, playing drums, pushing gongs and holding torches.


 Ini Ogoh-ogoh dari banjar sepupuku

Setelah sempat beristirahat selama sejam, saya memutuskan untuk ikut membaur menonton Ogoh-ogoh. Yah daripada saya sendirian kesakitan dirumah. Menarik, ini adalah pengalaman pertama saya melihat ogoh-ogoh yang besar itu digotong beramai-ramai. Ogoh-ogoh merupakan pengambaran hal-hal buruk yang ada didalam diri manusia yang diwujudkan dalam berbagai wujud raksasa jahat.

Terpesona saya melihat  orang Bali dalam membuat ogoh-ogoh, hasilnya karyanya halus dan hidup. Semakin malam, pgoh-ogoh terlihat semakin seram, seperti nyata.  Ogoh-ogoh ini nantinya akan dibakar dan setelah itu proses menyepi pun dimulai. Sayang sekali, batree saya menipis sehingga tidak bisa mengambil foto lebih banyak.



 Anak-anak pun turut berpartisipasi


Hampir menjelang tengah malam kami pulang, itu pun acara belum selesai dan kami terjebak sejam dalam perjalanan menuju rumah karena jalanan masih ditutup.  Jam 1 baru tiba dirumah dan langsung tidur.

Selama menyepi selain tidak ada penerbangan, listri dipadamkan bahkan tidak ada koneksi internet pula. Maka menyepilah saya dalam kegelapan, bersyukur akan kejadian yang terjadi dalam hidup saya. Sepertinya ini adalah malam terpanjang yang pernah saya rasakan, menuju pagi terasa lama. Saya terbangun beberapa kali untuk kekamar mandi. Ahhh!!

Puji Tuhan melewati 24 jam yang panjang dan kesakitan, Minggu subuh jam 5,30 saya dan Lady sudah dijalan menuju Denpasar, Pulang! Terima kasih untuk teman baikku, Ika yang telah memesankan tiket pulang dengan pesawat pertama ke Jakarta. Saya ingin segera meninggalkan Bali dan periksa ke RS di Depok.

Goodbye Bali

Comments

Popular Posts