Vila di Cibeling


Setelah makan siang hari Minggu, kita berangkat ke Cibeling.. nginap di villa dokter Andi Hukom. Sama-sama orang Ambon dan kebetulan mama juga fam Hukom. 

Waktu itu Bogor sudah mendung bahkan dibeberapa tempat sudah mulai turun hujan wah sempat takut juga jangan2 nga bisa naik nanti ke villa karena jalanannya itu loh nakutin banget menyusuri lereng sedangkan disebelah kanan sudah jurang dan yang menakutkan jalanannya yang menuju keatas masih jalan tanah. Hm... kebayang dong kalau hujan bisa2 nyungsep atau paling parah tergelincir ke jurang. Mengerikan!




Malam itu kita tidur di teras villa dengan view yang asyik banget kalau malem bisa lihat lampu-lampu dikejauhan. Hujan juga sempat turun hanya tidak terlalu deras so kita masih bisa tidur disitu dan nga perlu pindah kedalam. Tapi alex sih nga dirumah nga di gunung kalau tidur keringetan walaupun cuaca dingin makanya begitu pagi kaos2nya pada basah kuyup kena keringet. 

Mumpung masih belum panas, kita jalan2 di kebun sekalian ngeliatin batas tanah. Ternyata pak Rudi (mertuanya dokter Andi) memberi batas tanah yang dimilikinya dengan menanam pohon pinang sehingga kita ngampang tahu batas tanah ini. 




Dibelakang villa sudah berbatasan dengan hutan yang kemudian jika kita berjalan semakin kedalam akan menemukan hutan pinus. 

Sedangkan di tanah bagian atas (seberang parit) yang luasnya 3h ditanami macem2 tanaman oleh pak Oji seperti ketimun, buncis, jagung, dan tanaman hias. Selain itu juga ada pohon durian hmmm... jadi inget durian Ema di Ambon, nangka, mangga dan pisang. 

Kenapa pak Oji nanam diatas tanah orang? katanya sejak pak Rudi meninggal 5 tahun lalu dan tanah diwariskan ke anaknya yang adalah istri pak dokter, kesejahteraan pak Oji kurang diperhatikan mungkin karena kesibukannya membuat dia lalai dengan kewajibannya. Sehingga pak Oji putar otak bagaimana caranya mendapatkan uang jika tidak menanam ditanah yang terhampar didepan mata. 

Saat ini pak Oji lagi panen buncis dan ketimun. Kalau terakhir kita kesini nga ada pisang kali ini ada pisang 40 hari yang bentuknya kecil-kecil seperti jarum, saya nga tau istilah umumnya tapi kalau orang Ambon bilangnya pisang 40 hari selain itu ada juga pisang raja. 

Villa dr Andi ini terletak diatas gunung dengan kiri kanan nya lembah pemandangan juga bagus banget dan yang penting udaranya masih bersih. Sambil berjalan mengelilingi villa, alex dan saya menghayal seandainya tanah ini jadi milik kita (semoga yah..) 




Enaknya dibikin apa yah?? 
Alex ingin buat penginapan yang menyatu dengan Alam dan tamu2 yang datang memang khusus orang yang suka alam dan pengen jalan-jalan masuk hutan, turun lembah, menyusur kali dan melihat air terjun. Karena ingin dekat dengan suasana aslinya, kita pengen banget tanam pohon-pohon yang asli hutan dan mengurangi ladang. Memang ada porsi untuk berkebun tapi nga sebanyak yang sekarang dan... maunya yang bebas perstisida sehingga burung, kumbang dan hewan yang berterbangan (kecuali nyamuk dan lalat!!) bisa berkemabang biak dan menjadi tamu tetap villa ini. 

Wah mimpi kita indah yah? Namanya juga menghayal semua orang bisa lah. Semoga nego kita dengan dokter Andi yang rencananya hari Kamis besok bisa lancar. Memang nego bukan sekali langsung jadi, bisa berkali-kali tapi semoga semua jadi lancar seandainya Tuhan menghendaki tanah ini jadi milik kita. 

Saya lupa cerita kalau ada selokan kecil dibelakang villa yang digunakan keluarga pak Oji untuk mencuci dan air minum. Airnya benar2 dari gunung jadi segar tapi sama alex air tsb disuling lagi biar tambah bersih. Dan tau nga? ternyata hutan dibelakang villa ini dulu pernah jadi basisnya DITII katanya pak Oji bahkan ada goa tempat mereka tinggal. Serem kalau dibayangin waktu jaman itu sedangkan untuk sekarang, menarik untuk dikunjungi. Ada yang mau lihat nga?? yuk mampir kesini dan kita pergi rame2.. jangan lupa bawa sepatu gunung yach.  

Pulang dari villa, kita dibekali banyak hasil kebun dari bu Oji. Setiap kali kita kesana pasti deh ada sesuatu untuk dibawa pulang... oleh-oleh untuk orang rumah dan kenalan. 

Perjalanan pulang ngeri. Tau nga saya sempat panik karena mobil tiba-tiba melenceng kearah kanan ke jurang padahal mas Tomo sudah banting setir ke kiri mungkin karena tanah yang basah membuat roda tidak terkendalikan. Nga putus-putus saya berdoa mudah-mudahan selamat sampai bawah. Kayaknya jalannya harus dikasih batu supaya tanah nga terlalu licin dan sepanjang jurang ditanami pohon yang bisa menjadi pagar. Kendaraan yang paling aman sih motor so kalau jadi tinggal disini memang harus bisa naik motor. 

Comments

Popular Posts