Brudel Kukus Rasa Kopi


Sinyo memang selalu punya cara untuk membuat saya tetap sibuk di dapur. Entah kenapa, ia seperti punya radar khusus yang aktif setiap kali malam tiba mencari-cari camilan sambil bersantai di depan TV. Saya bisa menghabiskan waktu berjam-jam mulai dari memasak makan malam, lanjut bikin jus, menggoreng pisang, dan sebelum sempat benar-benar istirahat, akan terdengar suara,

“Makan apa lagi, ya…”

Jadi sejak siang, saya sudah mulai memikirkan camilan apa yang bisa saya buat malam ini. Membuka-buka stok bahan di dapur, menimbang-nimbang mana yang masih cukup, mana yang sudah menipis. Akhirnya, pilihan jatuh pada brudel kopi, bolu roti manis khas Manado atau Ambon yang biasa saya buat. Biasanya saya membuat brudel keju, tapi kali ini saya penasaran mencoba versi kopi. Kebetulan semua bahan tersedia, dan ragi yang tinggal sedikit itu pun masih ada. Ragi terakhir, pikir saya. Semoga saja masih aktif.

Sedikit cerita, brudel itu unik seperti bolu, tapi juga roti. Teksturnya empuk, tapi lebih padat dari bolu biasa. Karena dibuat dengan ragi, ada aroma khas fermentasi yang tidak dimiliki bolu pada umumnya. Saya sering menyebutnya bolu beragi lembut, manis, dan mengenyangkan. Mungkin karena itulah brudel terasa seperti pertemuan manis antara dunia roti dan dunia kue.

Konon, brudel adalah warisan dari masa kolonial Belanda. Tak heran jika aroma mentega dan teknik pembuatannya mengingatkan pada butter cake atau boterkoek. Tapi seperti banyak hidangan peninggalan kolonial lainnya, masyarakat Manado dan Ambon memberi sentuhan khas mereka sendiri menjadikannya lebih padat, lebih mengenyangkan, dan tentu saja, lebih akrab di lidah lokal. Kadang ditambah kismis, kenari, keju, atau seperti malam ini: bubuk kopi.


Biasanya saya memang memanggang brudel di oven, tapi kali ini saya ingin mencoba cara yang berbeda: dikukus. Hasilnya seperti apa, saya belum tahu. Tapi tidak ada salahnya mencoba.

Saya baru mulai membuat bahan biang saat hari mulai gelap dan udara malam mulai menyusup lewat celah jendela. Saya tinggalkan mangkok kecil berisi larutan ragi. Kalau masih naik dan berbuih, berarti raginya masih bagus. Saya balik 10 menit kemudian dan membuka tutup mangkok, Puji Tuhan gelembung-gelembung kecil mulai muncul, tanda kehidupan. Saya pun lanjut mencampurkan bahan-bahan lain dengan semangat baru.

Resep ini saya ambil dari YouTube: Ayo Masak Ayo Makan Brudel Kukus, tapi kalau suatu hari nanti saya membuatnya lagi, saya akan melakukan sedikit penyesuaian.

1. Bubuk kopinya, misalnya, lebih baik dilarutkan dulu dalam sedikit air panas agar benar-benar menyatu dengan adonan. Saat dicampur langsung dalam bentuk bubuk, ada butiran yang terasa kasar dan tidak larut sempurna.

2. Gula juga saya kurangi sedikit dari resep aslinya, menurut saya, tingkat manisnya sudah pas.

Sekitar pukul sepuluh malam, akhirnya brudel matang juga setelah dikukus selama kurang lebih 40 menit. Saat itu saya sudah bersiap-siap tidur, menarik selimut sambil memikirkan hasilnya. Tapi rupanya malam belum selesai. Dari ruang tengah, suara Sinyo memanggil,

“Oma, boleh minta sepotong brudel? Pakai cream ya…”

Tentu saja saya bangkit dan memotongkan sepotong. Ia mencicipi dengan mata berbinar, lalu berkata pelan, “Enak, rasa kopinya terasa banget.”

Saya tersenyum. Masuk kamar dan tidur.

Jackie | Balaclava


BRUDEL KOPI
Bahan Biang:
 * 3 gr ragi instan
 * 10 gr air putih
 * 1 sdt gula pasir
 * Campur semua jadi satu, istirahat 5 menit

Bahan Adonan:
 * 1 bungkus kopi instan
 * 1 butir telur
 * 150 gr gula pasir - 120 gram
 * 1/4 sdt vanila
 * 230 ml susu cair
 * 250 gr terigu protein sedang
 * 80 gr mentega/margarin cair
 * 1/2 sdt garam

Cara Membuat:
 * Kocok telur dan gula hingga pucat warnanya.
 * Masukkan bahan biang.
 * Masukkan susu cair, aduk rata.
 * Masukkan terigu.
 * Masukkan kopi instan, mentega, garam, dan vanilla extract, lalu saring.
 * Istirahat 30 menit.
 * Tuang dalam cetakan, istirahat 40 menit.
 * Kukus dengan api sedang cenderung kecil sampai matang. 

 

Comments

Popular Posts