Autumn Footprints
Langkah kaki membawa saya menyusuri jalanan menuju St Kilda Botanical Garden yang berjarak tak lebih dari sepuluh menit dari rumah. Walau deket rumah saya termasuk jarang main ke taman, mungkin setahun cuma tiga kali. Musim semi tahun 2023 saat bunga mulai bermekaran saya datang dan makan siang dibawah pohon. Saya menulis nya disini Makan Paprika Bihun di Taman
Pagi menjelang siang in, dinginnya udara musim gugur menyapa wajah. Sementara tubuh saya terasa hangat terbalut jaket tebal, stocking hitam, dan syal wol yang melingkari leher. Matahari malas keluar membuat hari menjadi makin dingin.
Disepanjang perjalanan, mata dimanjakan oleh lukisan alam, warna-warni musim gugur. Dedauanan yang semula hijau kini berubah menjadi warna keemasan, oranye, kuning, dan merah marun. Berjejer rapi di sepanjang jalan.
Hembusan angin menerbangkan daun kering, menari di udara sebelum perlahan mendarat di tanah. Saya seperti berjalan di karpet yang empuk. Aroma dedaunan yang gugur seperti parfum alam yang hanya bisa dinikmati dimusim gugur. Nikmatilah mungkin besok mobil pembersih jalan sudah menyapu habis dedaunan kering.
Setibanya di gerbang taman, sayup-sayup terdengar kicauan burung, menambah keasrian taman pagi ini.
ALISTER CLARK MEMORIAL GARDEN
Saya melangkah berbelok ke kanan, menuju kebun mawar. Alister Clark Memorial Rose Garden dibuka pada tahun 1948 untuk mengenang Alister Clark (1864 - 1949) suatu bentuk penghormatan dan pengakuan atas kontribusi nya yang besar terhadap dunia mawar, khususnya di Australia.
Alister Clark mengembangkan varietas baru dari tanaman mawar dengan karakteristik yang diinginkan. Salah satu kontribusi utamanya adalah fokus pada pengembangan mawar yang cocok untuk iklim Australia yang seringkali panas dan kering juga musim dingin. Ia ingin menciptakan mawar yang dapat berbunga sepanjang tahun (repeat flowering) tanpa perlu perawatan yang terlalu rumit. Ia menggunakan spesies mawar seperti Rosa gigantea (yang dikenal kuat, tahan panas, dan tahan penyakit) untuk dikembangakan.
Dia memperkenalkan sekitar 150 varietas mawar selama hidupnya (antara tahun 1912 hingga kematiannya pada 1949), dan beberapa di antaranya masih sangat dihargai hingga saat ini, seperti foto bunga diatas itu adalah Sunny South. Selain itu ada juga Lorraine Lee, Nancy Hayward, dan Black Boy. Mawar-mawar hasil karyanya sangat populer dan banyak ditanam di seluruh Australia antara Perang Dunia, memberikan dampak yang signifikan pada lanskap kota-kota.

Melangkah ke dalam kebun mawar di ujung musim gugur, sebuah nuansa sendu segera menyelimuti hati. Hamparan hijau yang biasanya dipenuhi dengan semburat warna-warni cerah kini mulai menunjukkan tanda-tanda perpisahan. Sebagian besar bunga mawar telah kehilangan kelopak indahnya, terhisap oleh dinginnya udara yang kian menyengat, berguguran satu per satu.
Kelopak-kelopak yang layu itu tergeletak di tanah, membentuk permadani merah, merah muda, kuning, dan jingga yang memudar. Setiap helainya seolah bercerita tentang kemegahan musim panas yang telah berlalu. Meskipun menyedihkan melihat keindahan itu memudar, ada pula pesona tersendiri. Ibarat senja yang memudar, kebun mawar ini mengingatkan pada siklus kehidupan, tentang keindahan yang fana, dan persiapan untuk tidur panjang sebelum kembali mekar di musim semi yang akan datang.

Di tengah pemandangan melankolis ini, saya mulai menyusuri setiap petak, setiap barisan mawar yang tertanam rapi. Meskipun sebagian besar telah kehilangan kelopak indahnya, masih ada beberapa yang tersisa. Mereka seolah enggan menyerah pada pergantian musim. Kelopak-kelopak yang masih bertahan meskipun sedikit layu, tetap memancarkan keanggunan.
Menariknya setiap petak diberi nama bunga dan jenisnya dengan jelas. Plakat-plakat kecil tertancap di depan setiap barisan, memudahkan pengunjung seperti saya untuk mengenal setiap varietas, menelusuri nama-nama unik yang tersemat dan cerita dibalik bunga mawar itu.
Baronne Edmond de Rothschild
Baronne Edmond de Rothschild' adalah jenis mawar Hybrid Tea yang terkenal, bukan hanya karena rupanya yang cantik, tapi juga karena namanya yang menyimpan cerita.
Mawar ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 1968 oleh pemulia mawar bernama Fred Blane. Nama 'Baronne Edmond de Rothschild' sendiri diambil dari nama keluarga bangsawan Rothschild, yang memberikan kesan anggun dan mewah pada bunga ini. Wajar saja, karena memang mawar ini terlihat sangat istimewa. Kelopaknya yang tebal dan bertumpuk biasanya berwarna merah muda cerah sampai fuchsia, dengan bagian bawah kelopak yang lebih terang, kadang mendekati putih. Perpaduan warna ini menciptakan tampilan yang sangat menarik dan klasik.
Tapi, Mawar 'Baronne Edmond de Rothschild' tidak hanya indah dipandang. Aromanya juga sangat kuat dan manis. Banyak yang bilang baunya seperti campuran buah-buahan dan wangi mawar klasik yang kaya. Karena aromanya yang memikat dan bentuknya yang bagus, mawar ini sering dijadikan bunga potong untuk hiasan di rumah atau di acara-acara penting.
Sebagai mawar Hybrid Tea, tanaman ini tumbuh tegak dan kokoh, biasanya mencapai tinggi sekitar 90 hingga 150 sentimeter. Daunnya rimbun dan sehat, menjadi latar belakang yang pas untuk bunga-bunga yang mekar. Meskipun cantik, mawar ini butuh perawatan yang cukup. Ia perlu kondisi tumbuh yang baik, pemangkasan rutin, dan perlindungan dari hama. Ini menunjukkan bahwa keindahan yang tahan lama seringkali memerlukan sedikit usaha.
Rosa 'Sunny South'
Ada mawar yang selalu saya lihat di halaman rumah orang: Rosa 'Sunny South'. Bunga ini memang termasuk dalam jenis Hybrid Tea yang dikembangkan oleh hibridisator Australia terkenal, Alister Clark, diperkenalkan sekitar tahun 1917. Dia berupaya menciptakan mawar yang kuat dan berbunga sepanjang tahun di iklim Australia.
Sunny South' memiliki ciri khas warna merah muda (pink blend) dengan nuansa merah carmine, yang kadang juga memiliki dasar kekuningan. Mawar ini seringkali berukuran besar (sekitar 3 inci) dengan kelopak yang tersusun longgar (loosely double) hingga semi-ganda, dan memiliki aroma yang kuat. 'Sunny South' juga dikenal sangat tahan terhadap penyakit dan dapat tumbuh tegak, bahkan dapat dilatih sebagai tanaman rambat.
Rosa 'Cappuccino'
Dan tentu saja, ada satu mawar lagi yang namanya sangat saya suka, karena erat kaitannya dengan kegemaran saya akan kopi: Rosa 'Cappuccino'. Mawar jenis Hybrid Tea ini dikembangkan oleh Rosen-Tantau dari Jerman dan diperkenalkan sekitar tahun 2005. Sesuai dengan namanya, 'Cappuccino' memiliki warna yang unik dan memukau, seringkali digambarkan sebagai krem hangat hingga moka-kuning, yang di beberapa kelopak luarnya dapat menunjukkan nuansa krem atau bahkan sedikit merah muda kecoklatan, menyerupai busa kopi cappuccino yang kaya. Kelopaknya penuh dan memiliki bentuk klasik mawar Hybrid Tea yang anggun. Mawar 'Cappuccino' juga dikenal memiliki aroma yang moderat, seringkali dengan sentuhan buah dan rempah.
Rosa 'Victoria Gold'
Bunga ini adalah jenis mawar Floribunda, yang dikenal karena kemampuannya menghasilkan gugusan bunga yang melimpah, dan sesuai namanya, memiliki Bunga kuning menarik perhatian saya. warna emas yang cerah dan mempesona.
Melihat semburat kuning cerah pada 'Victoria Gold' langsung mengingatkan saya pada Amel, seorang teman yang kini tinggal di Belanda. Dia adalah penyuka sejati warna kuning, dan saya bisa membayangkan betapa senangnya dia melihat mawar ini mekar sempurna. 'Victoria Gold' adalah mawar yang kuat, tahan terhadap penyakit, dan seringkali mekar terus-menerus, membawa keceriaan ke taman dengan warna keemasannya yang hangat. Keberadaannya di tengah petak mawar yang mulai meranggas memberikan sedikit kecerahan, seolah menjadi hadiah kecil bagi siapa pun yang melewati.
Rosa Blue Bijou
Rosa Blue Bijou adalah tavorit saya. Ini adalah jenis mawar Hybrid Tea dengan warna lilac yang memukau. Meskipun namanya mengandung 'blue', nuansa warnanya cenderung ke arah ungu atau mauve lembut, tergantung kondisi cahaya dan tanah. 'Blue Bijou' dikenal sebagai mawar yang menghasilkan kelopak ganda berukuran besar dengan bentuk klasik mawar Hybrid Tea yang elegan.
Mawar ini seringkali memiliki aroma yang kuat dan mekar berulang kali dari akhir musim semi hingga musim gugur, menjadikannya pilihan favorit untuk bunga potong. Mengingat kini adalah pekan-pekan terakhir sebelum mawar rontok karena musim dingin akan segera tiba, pesona 'Blue Bijou' ini akan segera menghilang untuk sementara waktu, namun meninggalkan kesan yang tak terlupakan dalam ingatan.
Rosa 'Brigadoon'
Bunga ini juga merupakan jenis Hybrid Tea yang populer, dikembangkan oleh Weeks Roses di Amerika Serikat dan diperkenalkan pada tahun 1991. Nama "Brigadoon" sendiri memiliki nuansa magis, seperti desa mistis yang muncul hanya sesekali dalam cerita rakyat Skotlandia. Mawar ini dikenal karena warnanya yang indah, perpaduan antara merah muda (pink) dan merah (red). Seringkali digambarkan sebagai salmon-pink dengan dasar kekuningan, yang intensitas warnanya bisa berubah tergantung suhu dan intensitas cahaya, kadang terlihat lebih merah muda cerah, kadang lebih ke arah merah salmon. Kelopaknya penuh dan klasik, membentuk bunga yang besar dan elegan. 'Brigadoon' juga memiliki aroma yang kuat dan manis,
Rosa 'Home & Garden'
Rosa 'Home & Garden' tampil sebagai salah satu varietas mawar Floribunda yang memancarkan pesona klasik dengan keistimewaan modern. Dinamakan secara puitis 'Home & Garden', mawar ini memang dirancang untuk memperkaya estetika hunian dan lanskap taman, merefleksikan harmoni dan keindahan yang abadi. Klasifikasi Floribunda sendiri menjadi penandanya, mengindikasikan kemampuannya untuk menghasilkan gugusan bunga yang melimpah, bukan sekadar kuntum tunggal, menciptakan efek visual yang padat dan menawan.
Masih banyak jenis bunga mawar ditaman. Mengamati tangkai-tangkai yang mulai kosong, daun-daun yang menguning dan siap gugur, ada pelajaran yang bisa dipetik: tentang siklus kehidupan, tentang keindahan yang fana, dan tentang persiapan untuk sebuah awal yang baru. Kebun mawar ini, bahkan di penghujung musim gugur, tetap menyimpan keindahan tersendiri, keindahan yang mengajarkan tentang ketenangan dalam perpisahan dan harapan akan kembalinya musim semi.
Setiap langkah terasa seperti menapaki jejak kenangan. Saya membayangkan betapa semaraknya kebun ini beberapa bulan lalu, dipenuhi dengan kuntum-kuntum mawar yang mekar sempurna, memancarkan aroma semerbak yang memenuhi udara. Kini, yang tersisa adalah semacam keheningan yang anggun, sebuah perpisahan yang perlahan.
Setelah larut dalam melankolis keindahan mawar yang akan segera beristirahat, langkah saya kemudian membawa saya menuju sebuah pemandangan lain yang tak kalah menarik.
Di depan saya terhampar sebuah gerbang alami yang terbentuk dari tanaman tinggi, menjulang gagah seolah menjadi pintu gerbang menuju dimensi lain di dalam taman ini. Dari apa yang saya lihat, gerbang ini terbentuk dari Leyland cypress yang dipangkas rapi dan tinggi, menciptakan lorong hijau yang memukau.
Saya melangkah masuk, melewati celah sempit di antara dua dinding hijau yang menjulang itu. Aroma segar dari dedaunan pinus, yang memang khas dari Leyland cypress itu sendiri, menyeruak lembut, menggantikan wangi mawar yang sebelumnya memenuhi indra penciuman. Udara terasa sedikit lebih tenang di bawah naungan dedaunan lebat ini, seolah gerbang ini bukan hanya pemisah fisik, tetapi juga pemisah antara dua suasana hati.
Jika saya memandang ke belakang, saya melihat sebuah gazebo kecil yang berada di tengah kebun mawar. Struktur putih yang anggun itu tampak begitu menawan, seolah menjadi titik fokus dari seluruh area. Betapa romantisnya jika menikah disitu saat musim panas dan mawar-mawar bermekaran, menebarkan wangi semerbak ke seluruh penjuru. Pasti akan menjadi latar belakang yang tak terlupakan untuk sebuah janji suci. Prikitiwww!!!
Di balik gerbang tanaman yang tinggi ini, terhampar bagian lain dari taman yang menawarkan pemandangan yang berbeda. Pepohonan yang lebih beragam terlihat di kejauhan, dengan siluet yang lebih alami dan rimbun, berbeda dengan kerapian kebun mawar atau dedaunan Leyland cypress yang dipangkas. Ada rasa ingin tahu yang menguar, sebuah dorongan untuk menjelajahi apa yang tersembunyi di balik "pintu" hijau ini. Saya meninggalkan pesona mawar yang sendu, dan kini, dengan setiap langkah, saya disambut oleh misteri dan keindahan baru yang menanti di sisi lain taman.
Setelah melewati gerbang tanaman tinggi, suasana berubah. Kini taman itu menampilkan sisi lain yang tak kalah menariknya. Pepohonan tumbuh menjulang, seolah berlomba mencapai langit mendung. Didepan sana berdiri sebuah pohon palem yang tinggi semampai, batangnya ramping menjulang ke atas, di puncaknya daun-daun besar terentang seperti kipas raksasa. Ia tampak anggun, seperti penjaga gerbang menuju area selanjutnya.
Namun, yang paling menarik perhatian adalah sekelompok pohon dengan bentuk unik di bagian tengah. Batangnya ramping dan lurus, sementara mahkota daunnya kaku, terkumpul rapat di puncak, mirip kumpulan obor hijau yang menyala. Berbaris rapi. Apa yah nama pohon itu?
Saya melangkahkan menuju kolam yang tenang. Sekawanan burung merpati nampak begitu akrab dengan kehadiran manusia. Mereka berkerumun di rerumputan hijau di tepi kolam, beberapa di antaranya terlihat berjalan mendekat ke arah saya, seolah-olah mengharapkan makanan.
Larangan keras diberlakukan oleh pemerintah Australia untuk orang yang memberi makan burung-burung liar demi menjaga kesehatan ekosistem dan mencegah burung menjadi terlalu bergantung pada manusia.
RAIN MAN FOUNTAIN
Patung air ini berdiri di tengah kolam dengan tenang, namun keberadaannya sungguh unik. Ia digambarkan sebagai sosok manusia yang sedang memegang payung, dan dari ujung payungnya itulah air mengalir.
Menariknya desaign Rain Man Fountain sangat inovatif. Patung yang dipasang tahun 2005 ini tidak hanya sebagai hiasan di kolam, melainkan juga sebuah patung air bertenaga surya. Artinya air yang keluar digerakan dengan menggunakan energi matahari.

Saat duduk menikmati pemandangan kolam dan burung-burung, perhatian saya teralihkan pada seorang pria. Ia mengenakan seragam supermarket Woolworths dan tampak berjalan mendekat, dengan senyum ramah diwajahnya. Sepertinya ia juga ingin menikmati ketenangan di tepi kolam but bad luck satu-satunya bangku telah saya duduki. "Maaf, Pak," gumam saya dalam hati.
Pria itu kemudian menuju ke arah rumah kaca (conservatory). Saya melihatnya menghilang di balik pintu kaca, sebuah tempat yang secara pribadi saya hindari saat ini. Pengalaman tahun lalu masih membekas kuat: saat itu, ada seorang tunawisma yang sedang tidur di depan pintu masuk conservatory. Ketika saya melangkah keluar dari sana, ia tiba-tiba mengajak saya ngobrol, dan jujur saja, saya merasa ketakutan pada waktu itu. Insiden tersebut membuat saya merasa kurang nyaman, sehingga kini saya memilih untuk tidak masuk ke dalam rumah kaca.
Kolam dan area sekitarnya memang terasa lengang dan sepi. Hanya ada saya dan beberapa burung yang betah di udara dingin. Keheningan ini mungkin saja disebabkan oleh cuaca dingin yang mulai menusuk. Di hari seperti ini, kebanyakan orang mungkin lebih memilih untuk berada di dalam rumah yang hangat dan nyaman, menyeruput kopi atau teh panas, dibandingkan menikmati pemandangan di luar. Namun, bagi saya, kesunyian ini justru menambah kedamaian, memberikan kesempatan untuk merenung dan benar-benar merasaan napas alam.
Kemudian, perhatian saya tertuju pada sekelompok burung yang terlihat diam, tidak bergerak, beberapa bahkan tampak merebahkan diri di atas rumput. Pemandangan ini sontak memunculkan pertanyaan dalam benak: Apakah mereka kedinginan? Mengingat udara pagi yang dingin dan fakta bahwa kita berada di penghujung musim gugur menuju musim dingin, kemungkinan itu cukup besar. Burung-burung, seperti halnya manusia, juga merasakan dampak dari penurunan suhu. Mungkin mereka sedang menghemat energi, mencari kehangatan dari tanah, atau hanya beristirahat dengan cara mereka sendiri menghadapi cuaca yang semakin dingin.
Pemandangan ini menambah dimensi lain pada kunjungan pagi ini. Di satu sisi, ada keindahan alam yang tak terelakkan, dan di sisi lain, ada sentuhan realitas tentang bagaimana makhluk hidup beradaptasi dengan perubahan musim dan peraturan yang berlaku.
Kembali saya melangkah menyusuri taman seluas sekitar 6,4 hektar yang diakui oleh Heritage Victoria atas signifikansi warisan budayanya sebagai salah satu kebun botani paling awal di Victoria. Hingga kini, taman ini berfungsi sebagai ruang publik yang vital, menyediakan tempat untuk rekreasi, pendidikan botani, dan konservasi. Yang terpenting, masuk ke taman ini sepenuhnya gratis, menjadikannya destinasi yang mudah diakses dan dinikmati oleh semua kalangan. Taman ini memiliki beberapa pintu masuk yang tersebar di sekelilingnya, memudahkan akses dari berbagai arah.
Tak terasa, waktu berlalu begitu cepat. Hampir satu jam saya berada di St Kilda Botanical Gardens, menikmati setiap sudutnya. Jam sudah menunjukkan pukul 12 siang, pertanda saya harus segera beranjak kembali untuk mempersiapkan makan siang bagi partner saya.
Dengan langkah ringan, saya mulai berjalan keluar dari taman, kembali melewati gerbang yang membawa saya masuk tadi.. Ada satu hal menarik yang selalu saya perhatikan di sini, terutama pada pohon-pohon maple yang menjulang tinggi. Jika pertumbuhannya terlalu tinggi dan berpotensi mengganggu jalur listrik, maka pemerintah setempat memiliki cara unik untuk menanganinya. Mereka tidak memotong seluruh pohon atau mencacahnya tanpa bentuk, melainkan memangkas bagian tengah pohon, menciptakan celah yang cukup lebar agar kabel listrik bisa melewati bagian tersebut dengan aman. Ketika pohon semakin tinggi dan lebat akan terlihat lorong ditengah pohon yang dilewati kabel listik.
Menurut saya, cara pemerintah setempat mengatur pemotongan pohon sangat menarik dan cerdik. Ini menunjukkan kepedulian terhadap keindahan lanskap kota, sambil tetap memastikan infrastruktur vital seperti jalur listrik berfungsi dengan baik. Mereka berhasil menemukan solusi yang tepat tanpa mengganggu pohon dan kabel listrik. Ini adalah contoh bagaimana estetika alam dan kebutuhan modern bisa berjalan beriringan, sebuah detail kecil yang menambah kekaguman saya pada penataan kota ini.
Perjalanan pulang membawa saya kembali menyusuri jalan yang sama, namun kali ini saya memilih sisi jalan yang berbeda. Saya melihat pohon tinggi dengan bunga-bunga yang bentuknya sangat khas berbentuk seperti rambutan.
Belakangan saya baru tahu, ini adalah Hakea laurina, atau lebih dikenal dengan nama Pincushion Hakea. Hakea laurina adalah tanaman asli dari Australia Barat Daya. Pohon ini bisa tumbuh hingga ketinggian 3 sampai 6 meter, kadang mencapai 8 meter. Bentuknya tegak dan cukup padat, membuatnya sering ditanam sebagai pohon hias di taman atau pinggir jalan.
Ciri khas utamanya adalah bunganya yang erbentuk bola, berdiameter sekitar 3 hingga 5 sentimeter. Bagian tengahnya berwarna merah, dan dari sana menjulur benang sari kuning atau krem yang banyak, menyerupai jarum pada bantal. Menariknya, bunga Hakea laurina mekar di musim gugur dan awal musim dingin, berbeda dengan kebanyakan Hakea lain yang berbunga di musim semi. Ini membuat pohon ini menonjol saat banyak tanaman lain mulai layu.
Bunga-bunga ini menghasilkan nektar, sehingga menarik bagi burung pemakan madu dan serangga. Ini menunjukkan peran penting pohon ini dalam ekosistem lokal.
Hakea laurina cukup tahan banting bisa tumbuh diberbagai jenis tanah asalkan tidak tergenang air, dan cukup tahan terhadap kekeringan setelah akarnya kuat. Daunnya lonjong, agak tebal, dan kaku.
Langkah kaki saya terus bergerak, melewati rumah berpagar putih yang memancarkan pesona di tengah suasana pagi yang dingin. Tanaman rimbun yang tumbuh di sekitarnya, dengan daun-daunnya yang kini didominasi warna kuning keemasan, menjadi pemandangan yang tak luput dari perhatian saya.
Melihat rimbunnya, sebentar lagi daun-daun itu akan rontok. Mereka akan perlahan melepaskan diri dari rantingnya hingga akhirnya membuat dahan pohon menjadi telanjang selama musim dingin. Pohon itu akan berdiri dengan siluet yang lebih tegas, tanpa balutan daun, menunggu dengan sabar datangnya musim semi untuk kembali menghijau dan memulai siklus kehidupan baru.
Langkah kaki saya membawa saya menyeberang jalan raya, tepat di depan St. Kilda Primary School (Nomor 1476). Bangunan tua berdinding batu yang berdiri kokoh. Sekolah ini dibangun pada tahun 1874. Bangunan ini, seolah menjadi saksi bisu ribuan anak-anak yang telah menimba ilmu di dalamnya.
Tidak jauh dari Sekolah ini, rumah saya berada. Lumayan jalan-jalan saya hari ini, kaki pegal, tapi mata senang. Saya beruntung tinggal disini, walau terkadang harus berhadapan dengan realitas urban seperti keberadaan beberapa junkies dan tunawisma.
Comments