Preston Market
Hari ini kerjaan sinyo membawa kami ke Preston tepatnya ke Preston Market. Preston berada didalam council City of Darebin, salah satu dari 75 council yang berada di Victoria. Berada di pinggiran utara Melbourne di 30A The Cetreway, Preston. Cukup jauh dari rumah 26 KM atau sekitar 36 menit naik mobil namun kalau naik transportasi umum harus 2x kereta, ke Flinders dan ganti kereta ke Preston. Beberapa bulan lalu saya harus mengikuti test penempatan di Melbourne Politenic kampus Preston tapi gak diijinkan karena jauh he hehe... dan ini juga pertama kalinya saya ke Preston Market. Melengkapi pengalaman saya berjalan-jalan di pasar di Victoria. Excited!!
Preston Market menyebut dirinya sebagai Pasar Rakyat. Berjalan selama lebih dari 50 tahun. Pasar yang berfokus pada komunitas ini menawarkan barang-barang segar, lokakarya kuliner, restoran makan malam, acara liburan sekolah, dan pengalaman multikultural.
Setelah Perang Dunia II, para migran dari seluruh dunia tiba di Victoria menjadikan Preston sebagai rumah baru mereka. Para migran ini termasuk orang Yunani, Makedonia, Italia, Timur Tengah, Vietnam, Cina, Sri Lanka, Somalia, dan lain-lain.
Lahirnya Pasar Preston berkat migran Polandia Leon dan Lola Jolson. Keduanya tinggal di Carlton dan memiliki agen real estate di Prahran Timur dengan impian untuk membangun dan mengoperasikan pasar. Tahap konstruksi dimulai pada bulan Oktober 1969 dengan Walikota Larkin memasang pasak pertama di lokasi Pasar Preston. Barry Pierce (Arsitek), Noel Henderson (Quantity Surveyor) dan David Rayson (Bilder) adalah tiga orang penting di balik penyelesaian pasar secara keseluruhan. Pembukaan resminya dilakukan pada tahun 1970; masa di mana pusat perbelanjaan dibangun sebagai ruang tertutup dengan AC dan pemanas.
Sejak pembukaannya, pasar ini terus beroperasi dengan kehadiran multikultural yang makin berkembang. Banyak orang Indonesia tinggal disekitar Preston, sebagian besar teman Indonesia saya pun tinggal disekitar situ.
Preston Market tidak buka setiap hari namun hanya hari Rabu sampai Minggu dan tutup jam 3 sore. Kami tiba disana sekitar jam 10 pagi di hari Minggu yang indah, Tidak sulit mencari parkiran karena banyak spot yang kosong. Dari luar terlihat sepi namun begitu masuk cukup ramai pengunjung ahhh tempat ini bagus dan menyenangkan.
Sinyo dapat kerjaan di toko ikan. Jangan membayangkan pasar yang becek dan bau yang kita biasa temui di pasar tradisional Indonesia pada umumnya yah. Seperti banyak pasar tradisional disini, bagian ikan dan daging dibuat terpisah. Berdinding kaca dan pintu yang otomasi terbuka sehingga bau amis tidak keluar dari ruangan. Memiliki penghangat dan pendingin juga penyedot udara. Foto diatas adalah salah satu pintu masuk menuju bagian ikan dan daging.
Saya ikutan Sinyo masuk. Dingin dari AC yang berhembus membuat saya sedikit kedinginan berlama-lama disitu. Bisa terlihat difoto dibawah ini, kesibukan didalam bagian pasar, coba liat lantainya bersih tidak ada genangan air hahaha...
Kedai daging, ikan dan seafood memiliki produk unggulan dengan harga murah. Tapi saya tidak beli karena belum tau dari sini akan menuju kemana, tergantung panggilan kerja Sinyo. Nanti ikannya busuk kita bawa jalan-jalan.
Sementara Sinyo bekerja, saya mulai memperhatikan kesibukan disekitar. Ada kios menjual daging babi yang memberi harga special untuk bagian mulut dan hidung babi hahhaha... si pesek. Kenapa yah babi disini kebanyakan berwarna pink tidak seperti babi yang saya lihat di Manado atau Ambo, hitam. Babi bule ha haha...
Keluar dari bagian Ikan dan daging, kita akan menemui bagian sayuran dan buah. Begitu banyak kios hasil bumi, sayuran dan buah-buahan, beraneka warna dan keliatan segar. Saya beli 1 kg tomat, 1 buah nanas dan 1 kg bawang merah ukuran besar cuma seharga $8! Khusus bawang merah, tante Italia yang cantik memberi saya harga bawang cuma $1... for you signora katanya hahaha... karena sudah tidak fresh tapi kalau di Indonesia pasti dijual dengan harga normal. Kalau disini sudah lewat sehari aja diangap tidak fresh walau masih bagus. Ini berlaku untuk pasar maupun supermarket.
Disisi yang lain dari pasar, toko kue dan makanan sangat memanjakan mata dan selera. Berbagai macam yang terbaik: Vinnies Pizza (pizza yang luar biasa tetapi sangat terjangkau, selama harga sewa pasar tidak terus naik, toko roti Prancis Publique dan kopi yang luar biasa, serta orang Sri Lanka untuk hidangan kari tradisional yang luar biasa....
Bagimana dengan jajan pasar ala Turki? Sejak tinggal di Melbourne dan diajak ke pasar pasti pilihan saya adalah roti Turki. For breakfast today we had Gozleme. It is a crispy flatbread made from a quick and easy dough and stuffed with delicious savory fillings. We ordered Minced beef, Spinach and Cheese Gozleme from Fresh Daily Gozleme. It's a family run business that has been operating at the Preston Market for 12 years. Kami diantrian ke 3, tidak lama menunggu dan akhirnya Gozleme fresh pun siap!
Kami mencari meja dan mulai menikmati sarapan yang enak ini. Pagi ini tidak terlalu susah mencari meja yang kosong, cukup banyak tersebar disetiap tempat. First, we were a bit unsure of the taste of Gozleme, but completely changed after the first bite. The serving sizes are perfect for the cost S15 and gozleme always makes a great breakfast. It’s a classic, traditional pastry filling that takes me to Turkey.
Menuju ke sana dengan Transportasi Umum (PT):
Pasar ini terletak tepat di sebelah Stasiun Preston. Selain itu juga dapat dicapai melalui bus no 527, 552, 553 dan 903 atau mengunakan trem no 86 dan 112. Banyak cara menuju kesini. Foto diatas itu adalah Stasiun kereta api Preston.
What you waiting for? Take a big shopping bag, you'll need it. It's also a good place for a quick lunch or breakfast.
Comments