D150 | Capcay ala Kadarnya



Pada hari Jumat, 18 Juli lalu, pukul 14.40, kami tiba di Rumah Sakit Caulfield untuk janji temu dengan dokter ginjal. Setelah melapor di resepsionis lantai 1, kami diminta menuju ruang tunggu Green Wall. Ini adalah sistem yang menarik dan mempermudah pasien, di mana ruang tunggu dokter dinamai berdasarkan warna tembok, ada Ruang Biru, Kuning, dan lain-lain. Tinggal mengikuti petunjuk arah dan dari jauh kita sudah bisa melihat dinding berwarna hijau.

Ruang tunggu Green Wall terasa cukup sepi, jadi kami memilih duduk tepat di depan pintu bertuliskan nama Dr. Ola O'Brain. Ada beberapa pintu lain dengan nama dokter yang berbeda, tetapi kami hanya memilih tempat duduk secara acak. Betapa terkejut dan senangnya saya ketika mengetahui bahwa dokter spesialis yang akan kami temui adalah Dokter Ola! Ya, nama yang sama persis dengan nama panggilan masa kecil saya. Sungguh kebetulan yang menyenangkan!

Seorang dokter berbadan mungil menyambut kami dengan senyum hangat yang tulus. Sejak awal, saya sudah merasakan aura positif dari Dokter Ola. Dan benar saja, selama konsultasi, beliau menunjukkan kebaikan dan profesionalisme yang luar biasa. Dokter Ola menjelaskan segala sesuatunya dengan bahasa kedokteran yang mudah saya pahami, sebuah hal yang sangat saya hargai karena sering kali penjelasan medis terasa rumit bagi awam.


Sebelum kami pulang, Dokter Ola menulis ringkasan pertemuan kami hari itu di selembar kertas. Saya belum pernah bertemu dokter sebaik dan sejelas beliau. Sebelum berpisah, saya bahkan sempat menyampaikan harapan untuk bisa bertemu dengannya lagi dalam delapan minggu ke depan, saking nyamannya saya dengan penjelasannya. Dokter Ola membalas dengan senyum dan meyakinkan bahwa ia akan memastikan kami bertemu lagi.

Hal ini menjadi sangat berarti bagi saya, mengingat selama ini dokter spesialis yang menangani kami selalu berganti setiap kali kunjungan. Pertemuan dengan Dokter Ola ini benar-benar memberikan harapan dan kenyamanan yang berbeda.

Dalam perjalan pulang Sinyo kelaparan dan di dapur hanya ada wortel, brokoli, dan seledri, saya memutuskan untuk mengunakan 3 sayuran ini menjadi hidangan yang istimewa, Capcay sederhana yang gurih dan memuaskan. Uniknya jika di Indonesia seledri berbatang mungil, ramping, dengan daun-daun hijau nan rimbun yang menebarkan aroma khas, disini sledri batangnya jumbo.

Seledri Daun (Leaf Celery / Apium graveolens var. secalinum): Ini adalah jenis yang paling umum ditemukan di Indonesia. Ciri khasnya adalah daun yang rimbun dan tangkai yang ramping serta kecil. Aroma seledri jenis ini sangat kuat, sehingga sering digunakan sebagai penambah aroma pada masakan seperti sup, soto, atau bubur. Kaya aroma, selalu siap sedia dalam jumputan kecil untuk menyempurnakan masakan.


Di negeri beriklim lebih sejuk, hiduplah kerabatnya yang berbatang jauh lebih besar, tebal, gempal, dan renyah. Seledri Batang (Stalk Celery / Celery Stalks / Apium graveolens var. dulce): Varietas inilah yang umumnya memiliki batang besar, renyah, dan tebal. Perbedaan utamanya bukan hanya pada ukuran, tetapi juga pada tekstur dan intensitas rasa. Seledri batang ini memiliki tekstur yang sangat renyah dan crunchy saat dimasak sebentar, tidak mudah layu seperti seledri Indonesia. Aromanya lebih lembut, tidak sekuat seledri daun, sehingga cocok untuk menjadi bahan utama dalam tumisan atau sup yang membutuhkan volume dan tekstur, harta karun di tumisan, memberikan tekstur renyah dan aroma segar yang khas pada masakan Tionghoa. Orang-orang disini memakannya bukan sebagai bumbu pelengkap, melainkan sebagai sayuran utama. Sledri Batang juga primadona salad, camilan sehat dengan dip, atau tumisan gurih. Ia tumbuh subur berkat iklim yang sejuk, pasokan air yang melimpah, dan perawatan khusus yang memanjakannya agar batangnya bisa mencapai ukuran maksimal.


Jadi, meskipun sama-sama bernama seledri, keduanya memiliki peran dan karakteristik yang berbeda dalam dunia kuliner. Seledri Indonesia adalah "si mungil nan harum" yang melengkapi, sedangkan seledri bule adalah "si raksasa renyah" yang menjadi bintang utama dalam salad atau hidangan tumisan.

Dengan mengunakan tiga bahan utama, perpaduan tekstur renyah dari seledri dan brokoli, serta sentuhan manis wortel, dipadu dengan kuah gurih kental, akan membuat capcay ini terasa istimewa. Selamat menikmati!

Jackie | Balaclava



CAPCAY
1 buah wortel ukuran sedang, iris serong tipis
1 bonggol brokoli, potong per kuntum
1 besar seledri, iris serong agak tebal
2 siung bawang putih, cincang halus
1/2 buah bawang bombay ukuran kecil, iris tipis (opsional, jika ada)
1 sdm saus tiram
1/2 sdt kecap asin
1 sdm kecap ikan
1/4 sdt merica bubuk
kaldu bubuk secukupnya
200-250 ml air atau kaldu
1 sdm tepung maizena, larutkan dengan sedikit air
  1. Siapkan Sayuran: Cuci bersih semua sayuran. Potong wortel dan seledri serong. Untuk brokoli, potong per kuntum, lalu belah dua kuntum yang besar agar lebih cepat matang.
  2. Tumis Bumbu: Panaskan sedikit minyak dalam wajan dengan api sedang. Tumis bawang putih cincang hingga harum. Jika menggunakan bawang bombay, masukkan setelah bawang putih harum, tumis hingga layu.
  3. Masak Sayuran: Masukkan irisan wortel  dan seledri terlebih dahulu, tumis sekitar 1-2 menit karena lebih keras. 
  4. Kemudian masukkan kuntum brokoli. Aduk rata. Jika suka sledri yang lebih crunchy bisa dimasukkan belakangan. 
  5. Tuang Kuah & Bumbui: Tuang air atau kaldu. Masak hingga brokoli dan wortel mulai empuk tapi masih renyah. 
  6. Bumbui & Kentalkan: Tambahkan saus tiram, kecap asin, kecap ikan, merica bubuk, kaldu bubuk. Aduk rata. Cicipi dan sesuaikan rasanya. 
  7. Terakhir, tuang larutan tepung maizena sedikit demi sedikit sambil terus diaduk hingga kuah mengental sesuai keinginan Anda.
  8. Sajikan: Angkat dan sajikan capcay minimalis Anda selagi hangat dengan nasi putih.

Comments

Popular Posts