Serabi Juroh



Setiap sore dipertengahan tahun 1980an, suara itu terdengar dari kejauhan.
"Serabi... serabi..." teriak si bapak penjual sambil mengendarai motornya pelan-pelan menyusuri gang perumnas.

Begitu motornya berhenti tepat di depan rumah saya, beberapa tetangga langsung keluar. Mereka menghampiri, berdiri mengelilingi motor yang di bagian belakangnya terikat kontainer plastik berisi serabi hangat dan deretan plastik kecil berisi kuah kinca cokelat muda tertata rapi dibungkus seperti es mambo, praktis dan siap tuang.

Kalau mama sudah pulang kerja dan ada uang, mama ikut membeli. Disitulah pertama kali saya mengenal serabi dengan kuah kinca cokelat muda yang khas. Rasanya lembut, manisnya pas, dan ada gurih santan yang melekat di lidah. Rasanya sederhana, tapi menyenangkan yang kini jadi bagian dari kenangan masa kecil saya.

Belakangan saya tahu, si bapak penjual itu ternyata ayahnya Christine, teman sekolah, seorang Chindo yang mungil dan cantik. Rumah mereka di Depok Lama, lumayan jauh dari tempat tinggal kami di Depok Timur.  Barusan saya dapat info kalau Christine saat ini tinggal dibagian Barat Australia, Perth. 

Saat itu saya hanya tahu namanya serabi karena itu yang diteriakan oleh penjualnya. Sekarang saya baru tahu kalau itu namanya Serabi Juroh. Meskipun sama-sama menyandang nama "serabi", ada perbedaan mendasar yang membuat Serabi Juroh menonjol dari Serabi Biasa atau serabi pada umumnya.


Serabi Juroh (Si Klasik Berkuah Kinca)

Serabi Juroh, atau yang kadang disebut Serabi Juruh, adalah ikon sejati dari jajanan tradisional yang tak lekang oleh waktu. Nama "Juroh" sendiri menjadi penunjuk utama identitasnya, sebab ini mutlak mengacu pada kuah kinca atau saus gula merah kental yang selalu menyertainya.
  • Inti Rasanya: Serabi Juroh dirancang untuk dinikmati bersama kuahnya. Adonan serabinya biasanya polos, gurih santan, dan bertekstur lembut dengan pori-pori yang mampu menyerap kuah dengan sempurna. Begitu disiram kinca, paduan manis legit dari gula merah dan gurih creamy dari santan menciptakan simfoni rasa yang tak terlupakan. Beberapa orang suka menambahkan taburan kelapa parut untuk sensasi gurih dan tekstur yang lebih kaya.
  • Proses Tradisional: Serabi Juroh seringkali dimasak di atas cetakan tanah liat di atas tungku arang. Cara ini memberikan aroma khas yang sedikit "smoky" dan pinggiran yang renyah, kontras dengan bagian dalamnya yang lembut dan bersarang. Ini adalah sentuhan yang tak bisa didapatkan dari cara masak modern.
  • Tujuan dan Nama: Serabi ini memang khusus dibuat untuk dipadukan dengan kuah kinca. Rasa serabinya sengaja tidak terlalu manis, agar kuah kinca menjadi bintang utama yang memperkaya setiap gigitan. Jadi, nama "Juroh" atau "Juruh" ini adalah penanda langsung dari kekhasan kuah gula merahnya.


Saya membuat serabi juroh dengan mengunakan pan teflon, karena saya tidak punya cetakan tradisional ataupun cetakan yang lebih modern. Saat membuatnya saya berharap cemas semoga serabinya jadi dengan bagus tidak 'melebar' karena serabi dengan komposisi tepung  beras yang banyak, hasilnya lebih cair dari serabi biasa yang mengunakan tepung terigu lebih banyak.  Bagusnya memang mengunakan cetakan serabi yang cembung kedalam jadi bentuk serabinya cantik.

Ternya Serabi Juroh saya berhasil, sarang nya banyak, walupun tidak cembung seperti jika pakai cetakan. 



SERABI JUROH
Jadi 15 serabi (takaran 1 sendok soup)

Bahan A : 
250 gr Tepung Beras 
50 gr Tepung Ketan 
25 gr Tepung Terigu Protein Sedang 
25 gr Gula Pasir 
100 ml Air Mendidih 
600 ml Santan Sedang 
100 gr Kelapa Parut 
secukupnya Garam 

Bahan B : 
25 gr Tepung Terigu 
1/2 sdt Ragi Instant 
70 ml Air Hangat 


1. Campur bahan B. Biarkan sampai ragi naik kira-kira 15 menit tapi tergantung cahaya matahari. Ragi saya naik kira-kira 30 menit karena suhu dingin. Saya letakkan dipinggir jendela. 


2. Aduk rata bahan kering. 
3. Tuang air panas dan masukan santan sedikit demi sedikit.  Aduk sampai halus
4. Masukkan ragi. Aduk rata. 


5. Diamkan 3 jam sampai mengembang.
6. Setelah mengembang aduk rata.


7. Panaskan teflon dengan api terkecil sampai panas dan tuang dengan takaran 1 centong soup.
8. Tutup pan, angkat saat permukaan serabi kering . 
9.  Lakukan sampai semua adonan selesai. 

Sementara itu buat kuah Kinca nya.... 

KUAH KINCA
200 ml Santan 
400 ml air
2 keping Gula merah
garam 
1 lembar daun pandan

Dalam panci masukkan semua bahan dan masak hingga gula merah larut. 


Maka, jadilah Serabi Juroh ini. Lebih dari sekadar makanan, ia adalah jembatan menuju kenangan manis masa kecil. Serabi Juroh ini, sekali lagi, membuktikan bahwa kesederhanaan bahan bisa menghasilkan kelezatan yang luar biasa, membawa bukan hanya rasa yang memanjakan lidah, tetapi juga nostalgia dan kehangatan di hati.



Serabi Biasa (Si Fleksibel Beragam Rupa)

Berbeda dengan Serabi Juroh yang spesifik, istilah "Serabi Biasa" ini jauh lebih luas. Ini bisa merujuk pada serabi yang disajikan dengan atau tanpa kuah kinca, atau bahkan serabi yang tampil dengan beragam topping dan rasa yang inovatif.
  • Fleksibilitas Penyajian: Serabi jenis ini bisa dinikmati begitu saja dalam versi polosnya, mungkin hanya dengan sedikit taburan kelapa parut atau tetap memakai Kuah Kinca. Namun, yang sering kita jumpai adalah serabi dengan berbagai kreasi topping modern. Mulai dari taburan keju melimpah, cokelat meses, irisan pisang, nangka, siraman susu kental manis, hingga es krim. Bahkan, ada pula varian gurih seperti serabi oncom (khas Bandung), sosis, telur, atau abon, yang menawarkan pengalaman rasa yang berbeda jauh dari manisnya kinca.
  • Spektrum Rasa: Karena keragaman topping dan adonannya, rasa Serabi Biasa bisa sangat bervariasi—manis, asin, gurih, bahkan pedas, tergantung kreasi yang ditawarkan.
  • Metode Memasak: Meskipun ada juga serabi "biasa" yang dimasak secara tradisional, banyak di antaranya kini dibuat menggunakan teflon atau alat modern lainnya, menghasilkan tekstur yang mungkin sedikit berbeda dari serabi tanah liat.
SERABI BIASA
250 tepung terigu -
75 Tepung beras 
1 sdt fernipan
65 ml Santan Kara
3 sdm gula pasir
550 ml air 
garam
  1. Aduk rata bahan kering, 
  2. Tuang air panas dan masukan santan sedikit demi sedikit 
  3. Aduk sampai halus
  4. Setelah mengembang aduk rata.
  5. Panaskan teflon dan tuang dengan takaran 1 centong sup. 
  6. Tutup pan, angkat saat tidak ada lagi basah di serabi / hingga matang dan semua adonan selesai. 

Jadi, pada intinya, jika Serabi Juroh adalah serabi yang didedikasikan untuk kuah kinca dan sarat akan tradisi, maka Serabi Biasa adalah kategori yang lebih luas, menawarkan kanvas kosong bagi berbagai inovasi rasa dan topping, baik manis maupun gurih.

Entah sudah berapa ribu purnama terlewati, musim berganti musim.. keinginan untuk membuat serabi itu terus saja hilang tenggelam. Butuh usaha dan dorongan yang tidak kecil untuk akhirnya bisa mewujudkannya. Hingga hari ini, di mana saya memutuskan untuk mengolahnya, tepat sebelum sisa ragi terakhir yang saya miliki kedaluwarsa.

Resep serabi ini sudah tersimpan sekian lamanya, terkubur di antara ribuan berkas digital lain. Namun entah kenapa, kemarin resep itu tiba-tiba muncul di screen laptop, seolah ingin berteriak, "Hey, jangan lupakan aku!" Rasanya seperti sebuah isyarat, panggilan untuk kembali ke masa lalu.
 

Jackie | Balaclava 

Comments

Popular Posts