Richmond : Semangkok Pho


Matahari pagi ini terasa istimewa. Setelah berhari-hari bersembunyi di balik langit kelabu, sinarnya akhirnya menembus masuk lewat tirai jendela, menyentuh lantai kayu dan membangunkan suasana rumah yang tenang. Meski suhu masih 13°C, ada sesuatu dalam cahaya itu yang membuat hari ini terasa lebih hangat cukup untuk membuat kami ingin keluar rumah.

Saya mengambil ponco coklat  yang sudah sering menemani langkah-langkah kecil di musim dingin Melbourne. Sinyo mengenakan jaket tipis berwarna merah, yang membuatnya tampak cerah dan segar di antara nuansa warna musim dingin yang cenderung pucat. 

Kami memutuskan untuk pergi ke Richmond, seperti ritual kecil yang tak pernah gagal membuat kami tersenyum: mencari semangkuk pho favorit.

Kalau ke Richmond untuk makan pho, kita tidak perlu bawa mobil cukup naik tram saja. Rumah kami adalah pemberhentian terakhir tram, begitu juga dengan Victoria Street, tempat restoran pho langganan itu berada adalah akhir dari tram stop. Dari rumah ke tram stop cuma jalan 2 menit, cuma nyebrang jalan tiba di tram stop. Rasanya seperti rute yang disiapkan khusus untuk kami dan tanpa repot, cukup duduk dan menikmati perjalanan.

Sama seperti jarak dari rumah ke tram stop, jarak dari tram stop di Victoria Street juga sama, cukup berjalan 2 menit dan tibalah  di restoran. 

Aroma kaldu langsung menyambut kami. Seorang gadis muda keturunan Vietnam, waiter yang sama yang melayani kami, tersenyum begitu melihat kami masuk. Ia membawa menu dan termos berisi air teh panas dan 2 mangkok minum. Tak perlu menanyakan apa pun. Ia sudah tahu pesanan kami: meatball pho untukku, dan sliced beef pho untuk sinyo. Selalu seperti itu.



Ada kehangatan tersendiri saat dikenali begitu. Dalam dunia yang serba cepat dan serba asing, disapa tanpa perlu banyak kata rasanya seperti pulang.

Besok, langit akan kembali mendung dan suhu turun ke 12°C. Tapi hari ini, kami berjalan bersama di bawah sinar matahari musim dingin, dengan ponco coklat dan jaket merah, dan rasa pho yang selalu sama, selalu menenangkan.

Karena terkadang, kebahagian kita dapat dari perjalanan yang simple menuju restaurant yang tahu pesanan kita tanpa perlu bertanya. 

Hidup kami penuh dengan rasa syukur. Terima kasih Tuhan Yesus. 

Comments

Popular Posts