Old Jim

 


Welcome to new morning.

The death of a loved one is always hard. Kemarin pagi saya mendapat email dari Julia, berita yang saya tidak ingin datang tapi saya sakin suatu saat akan saya terima. Dia adalah menantu dari Jim Farrell, bapak angkat saya sejak tahun 1999. Kabar duka bahwa orang baik itu telah pergi hari Jumat 22 September, tepat seminggu setelah hari ulang tahun saya. Saya tidak tahu apakah masih ada sisa memory nya tentang saya. Sejak 2018 dia diagnosa menderita alzaimer. Terakhir saya berkomunikasi November 2018, hampir tiap hari dia tlp menanyakan kapan saya mengunjungi dia di Cairns. Saat itu saya bingung karena baru memulai hubungan dengan Sinyo dan masih taraf mengenal dan mempelajari hubungan sehingga saya tidak mungkin meninggalkan Melbourne menuju Cairns. Saya hanya berjanji akan mengunjungi dia secepatnya. Desember saya mendapat email dari anaknya bahwa dia jatuh dan akan pindah tinggal dipanti jompo di daerah lain. Sejak itu hubungan komunikasi putus, saya mencoba mnegirim email beberapa kali tapi tidak lagi dibalas. Hingga kemarin mendapat kabar duka cita itu.

Perkenalan saya bermula dari mengantikan seorang kawan, Cristi yang saya kenal di kursus bahasa Jerman - Goethe Institute saat itu masih berlokasi di Matraman, dia harus berangkat ke Swiss mengunjungi pacarnya. Cristi bekerja sebagai sekertaris di Menteng untuk projek pendidikan dari Bank Dunia. Saya yang tidak punya pengalaman sekretaris dan bahasa Inggris sangat minim mulai belajar untuk bekerja. Ini adalah pekerjaan pertama setelah lulus S1 dan kembali ke Jakarta. Sebagai bos pertama saya Jim sangat baik, saya ingat saat itu usianya 67 tahun. Saya cuma bekerja 1 bulan tapi saya memasukkan 2 orang teman untuk bekerja padanya, Reda yang cleaner dan cook di apartment dan Baby sebagai guru bahasa Indonesia. Saya ingat 1 bulan kerja saya dibayar 1 juta! Seneng sekali mendapat gaji pertama dengan jumlah yang banyak. 

Saya tidak meneruskan kerja karena tidak merasa cocok duduk dibelakang meja. Saya resign. Jim menitip pesan pada Reda yang tinggal tidak jauh dari rumah, saya disuruh datang ke apartment Jim di Apartment Taman Rasuna Kuningan. Jim menawarkan untuk membiayai kursus bahasa Inggris maka masuklah saya ke ILEP Pancoran. Sejak itu tiap bulan saya dapat uang jajan 500ribu. Jim kemudian menjadi bagian dari keluarga saya, dia sering berkunjung kerumah untuk makan siang dan berteman baik dengan orang tua saya khususnya mama karena meraka bekerja dibidang yang sama Pendidiakan. Saya teringat diakhir project dan dia harus kembali ke Brisbane, dia membuka rekening Bank ANZ di Senayan dan memasukan uang 10 juta untuk saya. Buat biaya pendidikan.

Komunikasi kami tidak terputus walupun dia sudah kembali ke Australia.  saling berkabar mengunakan email atau fax beberapa kali dalam seminggu. Setahun kemudian dia kembali mengambil pekerjaan di Jakarta dan tinggal di Apartment Prapanca tidak jauh dari tempat kerja saya di Kemang. Saat weekend pasti saya menginap ditempatnya dan kami berjalan-jalan sepanjang akhir pekan. Ke pusat kesenian melihat excibition, kebun binatang, nonton bioskop, shopping dll. 2 tahun berlalu dan dia harus kembali. Sedih rasanya kehilangan anggota keluarga, dia sudah menjadi bagian dari keluarga kami. 

Saya kembali bertemu dengannya sekitar May 2003. Saat itu saya ada masalah dengan kerjaan setelah kembali dari Swis. Saya gak tau kenapa Tuhan kirim dia disaat saya lagi terpuruk, saya dibilang tidak menyetor uang penjualan ke kantor pusat. Padahal saya tidak melakukannya dan ada bukti namun saya tetap dipecat.  Jim menghibur dan menginggatkan saya untuk kembali sekolah, Sebenarnya tahun 2000  saya pernah mendaftarkan kuliah. Jim juga ada saat itu dan dia menjadi guru matematika mempersiapkan saya untuk test masuk. Saya teringat, ikut dia ke Bandung dan bukannya jalan-jalan, saya harus belajar di kamar menyelesaikan soal-soal matematika dan pada akhirnya saya tidak lolos test. Setelah kegagalan yang pertama itu saya sibuk dengan kerjaan, pacaran 😊 dan keluar negeri. Saat saya nganggur itulah, Jim menginggatkan ini saatnya saya kembali kuliah lagi.  Sebagai seorang prof dari Universitas Queensland dia ingin saya kuliah ke jenjang yang lebih tinggi. Dia bahkan mengantar saya mendaftar di UI Salemba. Saat satu pintu tertutup, Tuhan membuka pintu-pintu yang lain. Kali ini saya lulus jadi mahasiswa S2 UI Depok jurusan Library Sience

November 2004 kami janjian bertemu di Singapore dalam perjalanan dia ke Manila. Kami menghabiskan weekend dengan explore Singapore. Saya sudah beberapa kali transit di Singapore tapi belum pernah jalan-jalan di negara itu. Jim membawa saya ke Jurong Park dan beberapa tempat wisata lainnya. Saya senang sekali, itu adalah kenangan tak terlupakan. 


Ketika saya menikah tahun 2004, Jim menjadi saksi mengantikan orang tua saya. Dia terbang ke Perth mendampingi saya dihari bahagia dan memberi kado indah, kalung mutiara berwarna putih dan hijau. Setelah ceremony kami makan siang di restaurant yang indah. Ketika saya mengunjunginya di Cairns dia bercerita bahwa dia yang membayar makan siang hari itu dan bukan Alex membuat saya malu. 

Jim datang lagi ke Jakarta untuk beberapa hari di tahun 2010 dan menginap di hotel Atlet Senayan. Ini adalah perkenalan pertama nya dengan Robert. Dan ini juga kali pertama juga Robert masuk ke hotel dan happy mengunakan toilet hotel yang bagus. Sejak saat itu saya berjanji akan membawa Robert nginap di hotel supaya dia punya pengalaman merasakan nikmatnya fasilitas hotel. 

Jim bersedih ketika mengetahui pernikahan saya harus berakhir. Tahun 2017 Maret, dia mengundang saya dan Robert menginap 2 minggu dirumahnya di Cairns. Pengalaman pertama Robert naik pesawat sendirian ke Sydney mengunjungi teman sekelasnya Clay. Agustus 2017 giliran mama saya yang mendapat undangan mengunjungi Cairns. Mama senang sekali karena ini adalah pengalaman pertama dan satu-satunya ke luar negeri. Jim menjadi sponsor untuk visa turis kami, beruntung imigrasi memberi 3 tahun visa kunjungan. Dengan visa inilah saya akhirnya bertemu dengan Sinyo dan perjalanan kehidupan saya di Australia dimulai.

Jim selalu ada dalam setiap napas kehidupan saya. Orang baik yang selamanya akan selalu saya ingat. Dia adalah ayah, guru dan teman terbaik yang pernah saya punya. Saya menempatkan diri sebagai anak bungsunya yang bisa berantem dan dimarahi jika saya mulai keras kepala. Saya juga bisa dengan mudah meminta uang jika saya kekurangan bahkan saat Robert sakit dan Alex tidak mau memasukan dia ke RS, jim juga yang membayar begitu juga saat mama masuk RS karena penyakit gula dan ginjal, Jim juga membantu. Tuhan memberkati saya dengan berkat yang luar bisa memberikan dia dalam kehidupan saya. Keinginan dia supaya saya memiliki kualiatas hidup yang bagus mulai terwujud. 

Terima kasih Jim telah memberi cinta yang luar biasa untuk saya, Robert, Ine dan seluruh keluarga. Kamu pergi dari bumi tapi kamu tetap hidup dihati saya. Saya tersenyum saat menulis ini, tidak ada air mata sedih. 

There will be rainy days and sunny days, dark days and light days of sadness and days of happiness, days that we would like to forget and days that we will never forget. But there will always be tomorrow to start again. Another day, another experience, be grateful. 

Jackie | Balaclava

Comments

Popular Posts